Oct 1, 2010

~Sorry Sorry Sorry~ (FanFiction)

Mencoba kawand. Ceritanya meLLow. Yang hadir hanya Leeteuk, Eunhyuk, Donghae, dan Kyuhyun. HoppeLy u enjoy it n comment about that^^
~Sorry Sorry Sorry~

"WUUUU!! SuJu! SuJu! SuJu!!"

Haaahh,,
maLam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Mereka selalu ribut menyerukan nama itu. SuJu, SuJu, SuJu. Aku gak habis fikir kenapa mereka begitu menyukai grup sebesar itu.

"Hae Jin-ah! Kenapa kau matikan?? Aku sedang menonton!" Sae Yeon merampas remote DVD dari tanganku. Dinyalakannya kembali DVD itu.
"Kau kenapa sih gak suka mereka?" kembali, pertanyaan itu menusuk telingaku. Kuputar bola mataku dan membenamkan wajahku ke dalam lututku yang terlipat.

"Kau harus membuka mata dan telingamu lebar-lebar. Dengan begitu kau akan tahu kalau mereka itu memang pantas disukai. Cobalah sesekali kau tatap wajah mereka ..."

bla, bla, bla, bla,,
kututup telingaku dengan bantal dan menatap wajah imut di sampingku. Sae Yeon, meski mulutnya berkicau panjang lebar, matanya tetap tak lepas dari layar TV. Ingin rasanya kubenturkan wajahnya ke layar.

Tidak, bukan berarti aku membencinya. Aku menyukainya, sangat menyayanginya. Dia teman baikku. Dia bahkan terlalu baik untuk tahu bahwa yang kubenci bukanlah grup idolanya, melainkan salah satu dari anggota grup tersebut.

Dia, si suara emas itu. Si Magnae itu. Aku membencinya.

Aku tahu bukan salahnya jika kami terpisah jauh. Tapi aku tetap saja membencinya saat melihatnya begitu bahagia di sana. Dia tetap bahagia meski tak ada aku disampingnya.

"Mau kemana kau?" pertanyaan Sae Yeon menghentikan langkahku. Aku menengadah dan berfikir. Mau kemana aku?

"Gak tahu. Aku cuma ingin mencari udara segar diluar", kulanjutkan langkahku dan melambaikan tangan padanya.
------------------------------------

"Soju pLease"

Kutoleh sekelilingku. Cafe sebesar ini biasanya ramai oleh pengunjung. Beruntung sekarang sedang sepi. Aku ingin sendiri.

Kutenggak soju ku langsung dari botol, saat kudengar suara itu. Suara yang sangat kukenal. Benarkah itu dia? apa yang dilakukannya disini?

"Aku tak mau membayar lagi. Kali ini kita bayar masing-masing".

Kulihat wajah itu. Memang dia. Mereka berjalan melewati mejaku, tanpa menoleh sedikitpun.

Kutarik napas lega, menaruh botolku dan memasang topiku kembali.

"Yah! Bukankah itu Hae Jin??", salah satu dari mereka, Leeteuk kurasa, berteriak lantang kearahku.

Aiissshh,, tak seharusnya aku kemari. Bisa kudengar langkah itu mendekat, kutegapkan punggungku. Aku takut. Aku takut dia mengenaliku.

Pak!
Leeteuk menepuk punggungku, aku mengejang.
"Hae Jin-ah! Long time no see, right?" Leeteuk menarik kursi disampingku dan mendudukinya. Ditatapnya wajahku yang memerah.

"Kalian, ayo kemari! Kita bergabung saja!" suara gaduh langsung terdengar begitu mereka menarik kursi ke mejaku. Aku benci kebisingan ini.

"Hyung, kau kenal perempuan ini? Kenalkan pada kami juga", Donghae mendekatiku dan mengulurkan tangan. Kutatap tangan itu lama.

"Tak mau bersalaman, eh?" ditariknya kembali tangannya. "Aku Donghae, kalau kau mau tahu". Kurasa dia sedikit tersinggung.

"Kau kenal mereka, kan?" Leeteuk membuka percakapan. Member SuJu ada 13 orang, tapi yang ada dihadapanku sekarang hanya 4. Tentu saja aku tahu mereka. Leeteuk, Donghae, Eunhyuk, dan dia. Si cinta lamaku, Kyuhyun.

"Ara", jawabku datar. Kutatap mereka satu persatu, mengembangkan senyum dengan terpaksa.

"Kau tidak banyak berubah, kecuali makin cantik". Aku benci ini. Leeteuk selalu bisa membuat perasaan orang menjadi ringan. Kutarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. CaLm down, babe.

"Well,," kubuka topiku, dan kuulurkan tanganku. Mulai dari Donghae,, kuserukan namaku dengan penuh percaya diri.

"Yoo Hae Jin inmida", Donghae, Eunhyuk, kemudian dia. Kutatap dia lekat-lekat. Kulantangkan suaraku. Bola matanya masih sama seperti dulu. Selalu membuatku berdebar. "Yoo Hae Jin".

"Tentu saja dia ingat namamu", Leeteuk kembali mengoceh. Kuhempaskan bokongku kesal. Tak bisakah dia diam semenit saja?

"Bagaimana kabarmu?" keluar juga suaranya. Kufikir dia tak akan bicara sama sekali.

"Fine", kulemparkan senyum terbaikku padanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku juga tetap bahagia meski tanpanya.

"Kalian juga sudah saling kenal?" Eunhyuk bertanya sambil mengunyah permen karetnya. Aku suka anak ini. Dia terlalu ceria untuk suasana canggung seperti ini.

"Yah, Kyuhyun-ah", Eunhyuk menepuk pundaknya. "Kalau kau mengenalnya, kenapa tak kau sapa dari tadi? Kuperhatikan kau melihatnya sejak kita masuk kemari".

"Eunhyuk-ah. Just shut up". Astaga, dia memanggil hyungnya seperti itu?

"Yah! Kyuhyun. Aku ini hyung mu. Ada apa denganmu?" Eunhyuk melotot tak terima. Tapi tetap saja ekspresinya menggelikan.

"Kalian tidak lapar?" Donghae berdiri mengambil pesanan mereka, dan kembali dengan senampan penuh makanan. Bulgogi. Tak kusangka idola kaya seperti mereka juga senang makanan seperti ini.

"Kapan kau kembali?" diambilnya sebotol Soju dan dituangkannya isinya ke gelasku.

"Sebulan lalu". Tak kuhiraukan gelas yang terisi itu. Meski begitu, mataku tetap menatap lurus ke gelas tersebut.

"Eh?? selama itu? kenapa tak segera menghubungi kami?" Leeteuk mencampurkan daging dan bwang putih ke sayurnya. Dibalutnya campuran daging itu dan memasukkannya sekaligus kemulutnya.

"Tidak terfikirkan". Lelah menatap gelas, kualihkan pandanganku ke Donghae. Anak ini kekanakan sekali. Meski yang kukenal hanya Leeteuk dan Kyuhyun, tapi melihat wajahnya langsung pertama kali seperti ini membuatku tersenyum geli. Tingkahnya sedikit kurang sesuai dengan umurnya.

"Apa rencanamu setelah ini?" Eunhyuk mengulurkan gumpalan sayur berisi daging dan sayuran lainnya ke arahku. Kutatap dia, dianggukkannya kepalanya. Kubuka mulutku dan menerima suapannya.

"Berhati-hatilah dengan antis dan papparazi", Donghae mengingatkan.

"Kurasa aku harus pulang sekarang", dengan mulut penuh bulgogi, kukenakan topiku dan menundukkan badanku.

"Yah! Kita baru saja bertemu. Mau kemana kau? Yah!!" teriakan Leeteuk membuat pengunjung restoran menoleh penasaran. Kutinggalkan mereka bersama keributan yang mereka ciptakan. Mereka pasti kewalahan menghadapi gadis-gadis SMA di sana.

Aku baru saja bersiap untuk menyebrang jalan, ketika tanganku ditarik kuat oleh seseorang.

"Aku mau bicara", katanya tegas. Ditatapnya mataku tajam. Tapi aku tak sanggup menatapnya balik.

"Ikut aku!"

"Aku mau pulang!" kataku lemah. Susah payah kulepaskan tangaku dari cengkramannya.

"Ada apa denganmu? Kita berpisah bukan berarti hubungan kita jadi sepeti ini, kan?" setengah membentak, ditariknya tanganku kuat. Dia menuntun kami menuju gang sempit di samping mini market 24jam.

"Kau tahu betul kalau aku tidak ingin hubungan kita seperti ini". Dilepaskannya tanganku. Maaf.

Kutundukkan wajahnya. Aku sungguh tak bisa menatapnya. Alasanku membencinya. Kekacauan hubungan kami, hancurnya kepercayaan diantara kami. Itu semua bukan salahnya. Akulah yang salah. Akulah yang menghianatinya. Aku membencinya karena dia memaafkanku untuk sesuatu yang tak pantas untuk dimaafkan. Aku malu bertemu dengannya.

"Kau menangis?" tanyanya khawatir. Aku mati rasa. Aku terlalu takut dan malu.

"Kau selalu menangis. Tak pernah membicarakan apa yang kau rasakan. Bersembunyi dibelakangku. Sealalu meragukan kesetiaanku", dia berhenti sejanak untuk menarik napas. Napas yang panjang dan berat.
"Aku sudah memaafkanmu. Aku memaafkanmu bahkan sebelum kau memintanya. Berhentilah seperti ini".

Dia benar. Aku yang salah. Aku menduakannya. Hanya karena dia tak mengingat ulang tahunku, aku mengkhianatinya. Setelah apa yang kulakukan padanya, aku tak pernah sekalipun mengucapkan maaf. Maaflah yang harusnya kuucapkan. Tapi aku tak bisa. Hatiku sakit tiap kali mengingat senyumnya.

"Kuantar kau pulang", katanya mengakhiri. Dipunggunginya aku, berjalan duluan keluar gang. Semakin sakit hatiku melihat punggungnya. Di sanalah dulu aku selalu bersandar.

Aku diam menunduk. Tak mengikutinya.

"Mereka akan mencarimu", kupaksakan suaraku. "Pergilah! Aku bisa pulang sendiri".

Punggung itu tak berbalik. Tetap pada posisinya. Aku tak tahan. Tolong jangan terlalu baik padaku.

"KYUHYUN-ah!!" Kukepalkan tanganku sampai buku-buku jariku terasa sakit. Dia menolehkan kepalanya, dan mengahapku. Kutatap matanya langsung.

"AKU MEMBENCIMU!! AKU BENCI SEKALI PADAMU! AKU BENCI KAU YANG SEPERTI INI! AKU BENCI KARENA KAU TERLALU BAIK PADAKU!! AKU BENCIIII!!"

ngos-ngosan, aku memelankan suaraku. seakan berbisik pada diri sendiri, kuucapkan "maaf".

Kakinya bergerak maju ke arahku. Kutundukkan wajahku. Kepalan tanganku serasa membeku. "maaf" masih dengan bisikan yang sama.

Semakin dia mendekat, semakin kecil suaraku, semakin kencang kukepalkan tangaku. Aku menagis, lagi. Selama menangis, terus kubisikan kata "maaf", hingga dia sampai tepat dihadapanku. Aku terdiam.

"Kau wanitaku", katanya lembut. "Aku tidak pernah membencimu". Mendengar ini, tangisku pecah, semakin keras. Aku lelah menangis, lelah menahan gengsi. maaf. Hany itu yang harus kuucapkan.

"Kau tak harus minta maaf untuk bisa mendapatkan semua kebaikan dan perhatian dariku". Inilah yang kubenci darinya. Kukepalkan tanganku semakin erat dan kutatap matanya tajam.

"... maaf..." kukeluarkan itu. Paling tidak sedikit lebih terdengar olehnya, karena senyum manisnya mengembang, meluluhkan hatiku.

"Maaf" kukatakan lagi.

"Maaf", "Maaf", sambil sesenggukan, terus kukatakan kata itu. Kata yng harusnya kuucapkan dari 4 bulan yang lalu. Dimana dia tersakiti oleh perbuatanku.

"maaf... maaf... maaf..." aku tak berhenti mengucapkan kata itu meski dia telah merangku tubuhku erat. Meski kehangatan tubuhnya, keharuman tubuhnya, keramahan dan perhatiannya mendekapku, aku tetap mengatakan itu.

"Maaf..."

3 comments:

  1. wahhh.. sedih.. tapi lanjutin yah.. hehe

    ReplyDelete
  2. waaahh,,
    bian bwat kuchingcadel,,
    ini FF one shoot,,
    jadinya Endingnya ya gini,,
    gantung,yak,, wehehe,,

    ReplyDelete