Oct 3, 2010

~At Least There StiLL U Part.1~

(Sedikit bumbu humor diawal. Hope u enjoy it,, n dun't Forget to give a comment^^)

Sekolah sudah mengakhiri semester genap. Anak-anak sekolah, baik SD, SMP, maupun SMA, telah menjalani masa-masa perjuangan berat selama seminggu penuh. Mengerjakan soal-soal yang membuat semua anak-anak sekolah berkeringat dingin—bagi yang gak belajar—dan soal-soal yang menentukan. Semua anak harus bisa menjawab soal-soal itu, kalo gak, ngarap keajaiban saja. Siapa tahu guru-guru rabun mendadak secara serentak. Jadi gak mau repot-repot meriksa kerjaan siswa. Tinggal kasih nilai saja, gitu. Asal ada jawabannya penuh, nilainya juga penuh. Wuiih! Enak banget dong kalo gitu?

Di salah satu High School di Seoul Asia Pacific International School, semua siswa sudah terbebas dari kegiatan yang menyiksa itu. Hanya tinggal menunggu rapor/ijasah, dan pengumuman kelulusan. Dan tentu saja momen yang paling ditunggu, apalagi kalau bukan prom night. Di cafetaria sekolah, masih penuh murid-murid. Meski hari ini jam belajar ditiadakan, banyak juga yang datang hanya sekedar untuk bertemu teman, makan makanan langganan mereka, atau bahkan hanya ingin memijakkan kaki di sekolah tercinta. Semua murid menikmati makanan favorit mereka di cafetaria, termasuk dua sahabat yang tengah sibuk tolah toleh mencari meja yang kosong. Yuna dan Jessica.

“Chik, entar malam jangan lupa, ya?” Tegur Yuna, kepalanya menoleh kekanan-kiri, mencoba mencari meja yang kosong. Chika mengangguk mantap. Yuna dan Jessica tengah berada di kantin. Penuh banget! Yuna sampai bingung mau duduk dimana. Tapi untungnya, meja di sudut kantin membuatnya menarik Chika dengan semangat. Akhirnya…

“ Ajeossi! Baksonya 2. Biasa, ya?” Ajeossi mengangguk. Anak cewek berdua ini kok gak pernah pisah? Batinnya heran. Lengket mulu kayak perangko.


Mau gimana lagi? Yuna dan Jessica memang sahabat baik. Sejak kelas 1 SMA, Yuna dan Jessica gak pernah pisah. Jarang berselisih pendapat, meskipun segala sesuatunya sangat bertolak belakang. Yuna dan Jessica bukan cewek paling cantik, top, atau terpopuler di sekolah. Tapi meskipun begitu, keadaan mereka cukup di perhitungkan, mengingat keeksisan mereka di pengurus OSIS.

Jessica begitu perfect, segala sesuatunya begitu diperhitungkan. Mulai dari gaya rambut, styLe, pokoknya semuanya, deh! Tinggi, cantik, langsing, tajir, pintar, putih, cewek banget.

Sedang Yuna? Yuna punya tinggi pas-passan, meskipun bentuk tubuhnya lumayan bagus. Rambutnya pirang lurus sampai dada dan tanpa poni. Kulitnya kuning langsat, tapi bersih. Yuna gak pintar, tapi bego. Hoho… gak deng! Yuna gak pintar, gak juga bego. Tapi emang rada bego, sih… Yuna gak bisa dikatakan tomboy, gak juga cewek banget gitu. Yang jelas, anaknya periang.

Cukup lama Yuna dan Jessica mengobrol sambil menunggu bakso mereka datang. Tapi gak sia-sia, karena mereka dapat porsi yang paling besar. Berhubung penghabisan, kata Ajeossi.

“ Ajeossi, gomapsemnida?” Teriak Yuna histeris, begitu melihat mangkoknya penuh.
 

“Ok, Neng!” Jawab Ajeossi sambil memberi hormat, bak tentara menghormati bosnya. Yuna cuma bisa tersenyum lebaaaaaar banget!

“Chika, kira-kira pestanya bakal rame gak ya?” Tanya Yuna, sambil sibuk menuang kecap, saus, dan sambal bersamaan. Wuih! Hebat!!

“Gue gak tahu deh Yun. Kayaknya sih gitu. MBLAQ bakal datang soalnya. Tapi gak tahu deh!” Jawab Chika sambil ikut menuang bumbu-bumbu racikan ke mangkoknya. Kalo soal makan, mereka berdua sependapat. Rejeki gak boleh ditolak. Mubazir!

Malam ini, kedua gadis itu akan datang ke acara prom night sekolah mereka. Melepas
senior kelas XII (baca : dua belas) yang akan meninggalkan sekolah setelah tiga tahun berjuang bersama. Tentu saja kedua sahabat itu akhirnya naik ke kelas XII.

“Mudahan aja, deh,” Yuna mengunyah baksonya. ”Kan gak enak kalo gak seru … Uhuk, uhuk!” Yuna terbatuk. Jessica langsung panik setengah mati.

“Air, Chik, air!” Kata Yuna disela-sela batuknya. Tenggorokannya sakit banget.

“Nih!” Chika menyodorkan segelas Coca Cola dingin ke tangan Yuna. Tapi bukannya berhenti, Yuna makin batuk. Matanya sampe berair, Chika juga makin panik.

Dengan tergesa Chika menuang air putih yang disediakan di setiap meja, dan kembali memberikannya pada Yuna. Yuna meminumnya seperti orang yang gak pernah minum berabad-abad. Butuh apa haus, Non?

“Yah, Weoya?! Gue keselek, lo kasih soft drink!” Yuna menaruh gelas sambil terus mengurut dada. Wajah Chika yang sempet pucat, kembali berseri seperti biasa.

“Biane, gue panik.” Jawab Chika lega. “Lo sih. Makan sambil ngomong, keselek, kan? Tewas baru tahu, lo!” Chika kembali melanjutkan makan.

“YAH! Lo bener-bener lo Chik. Lo doain gue tewas? Awas lo! Gue doain gak tewas-tewas baru tahu rasa!” Jawab Yuna berapi-api. Chika tersenyum.

“Amin…”
Yuna langsung manyun mendengar jawaban Chika. Sebagai pelampiasan, Yuna kembali menambahkan sambel pada makanannya. Alhasil, Yuna harus ber-huhhah ria.

“Chik, lo gak nerima si Kyuhyun? huh…” Tanya Yuna tiba-tiba, tangannya mengipas-ngipas gerah. Pedes....

Pertanyaan itu membuat Chika dengan segera meminum airnya, takut keselek karena kaget.

“Lo kok nanya itu?” Tanya Chika pucat. Yuna memalingkan wajah dari mangkuk baksonya ke wajah Chika yang cantik, memiringkan kepala. Derajat kemiringan 90º, lho!

“O, Wae?? Kenapa ngeliat gue gitu, sih?” Tanya Chiks gugup. Yuna menaikkan sebelah alisnya, dan tersenyum jahil.

“Nah, elo? Kok gugup gitu?” Tanya Yuna, matanya masih tetap menatap Chika yang salah tingkah.

“Gue gak gugup. Gue heran aja, kok lo tiba-tiba nanyain itu?” Chika mengambil tisu yang ada didepannya. Mengelap mulut mungilnya.

“Gak papa. Pengen aja,” Jawab Yuna rese. Cewek itu kembali menelan baksonya, matanya melirik-lirik jail.

Bukan apa-apa, sih? Yang jadi masalah bagi Chika, dia dulu pernah mengikrarkan janji, kalo dia gak akan nerima Kyuhyun, si mata keranjang itu. Meskipun Kyuhyun berusaha sekuat apapun, Chika gak bakalan mau. Rugi, katanya. Paling nanti matanya jelalatan mulu. Eh, ternyata, Chika seperti termakan omongan sendiri.

“Yah! Lo terima dia apa gak?” Tanya Yuna makin rese. Wajah Chika jadi merah. Entah karena malu telah melanggar omongannya, atau kesal karena Yuna gak berhenti menggodanya.

“Ne,” Jawabnya lirih, akhirnya. Wajahnya ditundukkan, melihat jari-jarinya bertaut di pangkuannya, seolah sedang berdoa. Wajahnya semakin merah. Sepertinya malu.

“WAH…!!” Tariak Yuna spontan. Membuat Chika segera menengadah panik dan menginjak kaki Yuna.

“Ouc! YAH!” Teriak Yuna meringis. Diangkatnya kaki dan mengelusnya. Semua orang yang ada di cafetaria memperhatikan mereka.

“Lo tu yang apaan??” Balas Chika sebel. “Segitu banget kagetnya,” Matanya melotot garang.

“Hehe… Soir bro’. Gue gak nyangka aja. Ternyata kisas, to?” Yuna tertawa ngakak, sedang Chika cuma bisa majuin mulut.

Cont. to Part 2

1 comment:

  1. ugh!
    kok sepi amat ini mah,,

    pdhaL kLo ada komen na kan seru,,

    hhuhu,,

    ReplyDelete