Oct 4, 2010

~At Least There StiLL U Part2~

Sore ini Yuna pergi belanja sama Eomma. Eomma minta dianterin ke Itaewon (pusat perbelanjaan di Seuol), belanja keperluan katanya. Kesempatan ini gak bisa dilewati Yuna begitu saja. Kesempatan buat shopping, neh…

“Eomma, cepetan dong. Mobilnya udah Yuna siapin!” Teriak Yuna gak sabar. Bukan waktunya sabar. Harus cepat-cepat, takut kemalaman. Kan mau pergi ke prom night?

“Iya, sayang. Ini Eomma datang,” Eomma keluar dengan dandanan yang bikin anak muda iri. Soalnya Eomma emang masih muda, sih. Beliau nikah waktu umur 20 tahun. Anaknya juga cuma dua.

Rambutnya yang panjang di bawah bahu, diikat kuda. Poninya dibiarkan kesamping. Eomma memakai long dress dan rok katun cokelat dibawah lutut. Sedang Yuna? Yuna cuma make kaus putih dilapisi jaket hitam, celananya ¾. Sepatu kets hitam putih kesayangannya masih betah nempel di kakinya. Topi dan earphone gak ketinggalan. Di mobil, Yuna sibuk bergoyang mengikuti irama lagunya Telephone by Lady Gaga dari earphone-nya.
“Eomma, Oppa kapan kembali?” Tanya Yuna akhirnya. Tangannya masih asik dengan kemudi. Sekali-sekali diliriknya spion di luar, melihat kalau-kalau ada kendaraan yang mau menyelipnya.

Yuna punya kakak laki-laki, namanya Eeteuk. Berkat kecerdasannya, sudah dua tahun Eeteuk berada di London. Melanjutkan S2-nya di University of London, dalam bidang arsitek. Eeteuk mendapatkan beasiswa itu setelah bersusah payah merayu orangtua serta Yuna untuk bisa kuliah di sana. Katanya mau kembali ke Seuol buat liburan. Jelas Yuna girang banget.

“Kalo gak salah, Minggu ini.” Jawab Eomma antusias. Eomma juga kangen berat sama anak laki-lakinya satu itu.

Yuna mengangguk-angguk seru, Eomma sempat aja senyum liat kelakuan anaknya. Di lampu merah, Yuna mengerem mobilnya.

“Kamu sudah dapet pacar?” Tanya Eomma tiba-tiba. Yuna yang cuma masang earphone di telinga kanan, langsung menyabut earphone-nya, dan menghadap Eomma bengong.

“Moe?” Tanya Yuna bengong, kembali memiringkan kepalanya. Kali ini 180º!!

Bukannya menjawab, Eomma malah memasang senyum jahil. Ini anak sama Eomma sama saja.

“Eomma! Wae? Kok senyum-senyum? Eomma tadi bilang apa?” Tanya Yuna lagi.

Ternyata budek, bukan kaget. Belum sempat Eomma menjawab, tiba-tiba jendela mobil Yuna di ketuk. Yuna dan Eomma langsung mengalihkan perhatian ke jendela. Yuna menurunkan kaca jendelanya separo.

“WAA!!” Teriak Yuna kaget. Eomma apalagi, sampai mengurut dada.

Gimana gak kaget? Di luar, berdiri seorang yang entah laki atau perempuan (karena ada brewoknya), memakai gaun tali satu merah menyala (nyolong jemuran orang tu!). Alhasil, kulitnya bo… belang! Tangannya! Ada ototnya. Rambutnya digelung keatas, bulu matanya panjang banget! Nggak lupa dikedip-kedippin. Bedaknya itu lho! Tebalnya minta ampun! Kayak mo lenongan aja. Di tangannya menggenggam kerincingan. (Tunggu! Ini Seuol apa Jakarta?? Hhaha,, just enjoy the story^^).

“Kok, teriak? Kaget ya nek, liat ikke?” Tanyanya pede, gak lupa suara sengau ala banci kaleng. Yuna dan Eomma bengong seribu bahasa. Bingung mo ngomong apa?

“Nek!! Ikke nyanyi, ya?” Setelah berkata begitu, banci itu langsung melancarkan aksinya.

“Akyu tak mau jikalau akyu di madu. Aha, aha. Pulangkan saja akyu ke orangtuakyu…” Sambil menggoyang pinggul ala artis Indonesia Inul Daratista, tangan menggoyang-goyang kerincingan, jadilah pertunjukkan paling heboh yang pernah mahkluk berdua di mobil itu lihat.

“Nek!” Tegurnya kesal. Karena yang di beri lagu cuma bisa mangap. Mungkin bentar lagi ngiler.

“Ah, ne!” Akhirnya Yuna sadar, setelah berkali-kali mengedip.

“Aiiisss...Ongkosnya, dong!” Katanya genit. Tangannya sibuk kipas-kipas.

“Hah??” Ih! Yuna masih gak ngerti juga. Cuma ‘hah’ aja yang keluar. Kayaknya masih belum sadar, deh. Eomma aja masih diam mematung.

“Kan ikke udah nyanyi? Ongkosnya?” Kali ini si mba, eh! om, eh! Tante! ah! Gak tau, deh!! Pokoknya, sekarang dia memasukkan kepalanya ke dalam mobil lewat celah kaca jendela! Kontan Yuna langsung mundur, dan alhasil, kepalanya membentur bibir Eomma. Nyonyor, deh?

“Aduh!” Eomma sadar. Kemudian kalang kabut mencari uang kecil dalam tas tangannya.

“Nih, nih!” Katanya panik. Dikasihnya selembar uang sepuluh (won).

“Gomawu ya, bo?” Katanya sambil menciumi uang. Ih! Emang uang harum, ya? 100 ribuan mending, lah ini? Cuma sepuluh won doang.

Yuna cuma bisa nyengir. Cepat-cepat ditutupnya jendela dan menyalakan mesin mobil, karena lampu udah hijau, dan mobil-mobil dibelakang mulai ribut mengklakson.

“Kaget, Eomma,” Kata Eomma mengelus dada. Yuna menatap Eomma kasihan. Dilihatnya bibir Eomma yang rasanya kok lebih maju ketimbang tadi. Jangan-jangan karena terbentur kepala Yuna?

“Iya! Yuna kira topeng monyet,” Yuna ikut ngedumel. Eomma menatap Yuna sebagaimana Eomma yang ingin menasehati anaknya.

“Huss!” Kata Eomma, menaruh telunjuk kanannya dibibir. Yuna kaget.

“Kamu gak boleh gitu. Kasian dong topeng monyetnya, disamain sama orang kayak gitu,” Yuna menatap Eomma heran, kemudian tertawa sekeras-kerasnya.
***

”Eomma, Yuna coba yang ini, ya?” Tanya Yuna semangat saat melihat gaun indah berwarna merah marun. Bagian atasnya bertali spagetty, dan ber-rok sematakaki. Anggun.
Mama mendatangi gaun yang Yuna maksud dan memandang bergantian, antara gaun dan putrinya.

”Yuna-ah, Kamu mau makai baju ini?” Tanya Eomma akhirnya, tangannya menunjuk gaun dan matanya memandang anaknya dari ujung kaki sampai kepala. Yuna mengangguk keras.

”Buat acara prom night nanti malam. Masa cuma pake kaus doang,” Rengek Yuna. Eomma kembali menatap gaun itu, dan mengangguk pelan.

”Coba aja. Kalo cocok sih?” Eomma menatap Yuna menggoda. Habisnya, biasa pake celana, kok tiba-tiba beralih ke gaun nan anggun gitu? Jelas aja Eomma heran.

Yuna langsung memanggil pramuniaga, dan menunjuk gaun yang dimaksud. Pramuniaga kemudian melepas gaun yang menempel di Manekin itu dengan senang hati. Langsung saja Yuna melesat laju ke kamar pas. Tanpa memperhatikan adakah orang didalam, cewek itu berhenti tepat di depan kamar pas yang tirainya tertutup.
Terus saja Yuna menatap gaunnya takjub sambil menyibakkan tirai yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sedikitpun. Tanpa mikir, ada gak orang didalam sehingga tirainya ditutup. Tapi tentu saja Lilac gak memikirkan hal itu. Karena itu, ketika dihadapannya telah tampak pemandangan yang sangat memalukan, Yuna hanya bisa bengong, dan gaun ditangannya lepas gitu saja sehingga jatuh menyentuh lantai butik yang licin.

Di dalam kamar pas, seorang cowok tengah memakai celana Boxer! Ulangi, celana Boxer! Di kamar pas yang ada di butik! Pakai celana Boxer!!!

Begitu mendengar tirai dibelakangnya tersibak dan melihat dari cermin didepannya, seorang cewek yang entah siapa tengah bengong menatapnya. Langsung saja cowok itu kembali menaikkan celana yang hendak dilepasnya tadi setelah berteriak panik.

”HUAAAA” Teriakkan itu seolah menampar Yuna, yang kemudian berjalan mundur teratur, dan ikut berteriak.

”AAAAKH!” Yuna menutup kedua matanya dengan telapak tangan. Dan teriakan itu mengundang perhatian banyak orang. Cowok itu dengan sigap menutup kembali tirainya, dan meringkuk di dalamnya. Yuna membuka matanya dan melihat tirai yang tertutup, tentu hanya bisa menggeleng gusar serta nyengir hambar mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, baik oleh Eommanya, maupun pengunjung-pengunjung yang lain. Bergegas cewek itu lari mengambil gaunnya yang terjatuh, dan masuk ke kamar pas yang ada disebelah kamar pas pertama.

Gile, kaget gue, batin Yuna. Cewek itu berusaha sekuat tenaga untuk mengusir kekagetannya. Mengelus dada berulang kali. Tapi setelah melihat keindahan gaun yang ada di tangannya, kekagetannya langsung hilang.

”Yah..., lo masih disana?” Tanya Yuna takut-takut. Tidak terdengar jawaban dari sebelah. Antara dua saja, kalo gak masih syok, ya udah pergi dari situ.

Yuna gak berusaha memanggil lagi. Dicobanya gaun yang ada di tangannya. Kemudian menaggalkan celana jins-nya hati-hati. Takut juga dia kalo cowok itu datang terus balas dendam. Dilihatnya bayangannya di cermin. Baju itu pas sekali ditubuh mungil Yuna. Tampak anggun dan gemerlap. Lumayan, tapi topi ini mengganggu, batinnya. Yuna langsung melepas topinya, dan tersenyum. Hem... gak nyangka, pantas juga make baju ginian.

Cont. Part3

No comments:

Post a Comment