Oct 13, 2010

~At Least There StiLL U Part.3~

Aje gile, gue kaget! Batin Eunhyuk masih dalam keadaan syok. Cowok itu menyetir mobil dengan kecepatan tinggi. Gara-gara cewek itu, terpaksa dia mengambil celana tanpa dicoba. Gak tahu deh cukup apa gak. Yang jelas, Eunhyuk ingin secepatnya pergi dari sana. Malu dia. Celana Boxer kebanggaannya terpaksa diperlihatkan sama orang yang gak dia kenal. Cewek lagi!

Malam ini dia harus pergi mengisi acara prom night di sekolah sepupunya, yang nantinya bakal jadi sekolahnya juga. Dan besok harus datang pagi sebagai murid baru. Kenapa sih Taeyeon harus memaksanya pergi ke acara itu? Memaksanya tampil? ”Kebetulan pemain Drum grup band sekolah gue pindah minggu lalu. Dan jangan bilang sekarang lo lupa cara main Drum”, itu yang Taeyeon bilang tadi siang di telepon.

Baru juga sampai tadi siang, eh, bukannya istirahat, malah pergi ke mall (pake malu pula), pesta, dan sekolah yang harus dia mulai sementara dia masih belum siap mental. Tidaaaaaaakk!!

Eunhyuk menghentikan mobilnya tepat di depan garasi sebuah rumah. Bergegas diraihnya tas belanjaan yang isinya cuma sepotong celana jins dari jok disampingnya.

”Ahjuma, bikinin aku jus!” Dihempaskannya tubuhnya di sofa ruang tamu.
Eunhyuk menatap lurus kearah luar jendela. Suasana diluar rumahnya lumayan ramai, sehingga Eunhyuk gak bisa konsentrasi penuh dengan apa yang dipikirkannya.

”Silahkan, Eunhyuk-sshi”, Eunhyuk tersentak, dan melihat sang Ahjuma datang dan menaruh segelas jus di atas meja. Eunhyuk bergeming, mengalihkan pandang ke tas belajaannya.

”Wae?” Tanya Ahjuma sopan. Eunhyuk menggeleng dan membiarkan pembantunya itu pergi meninggalkannya. Diraihnya segelas jus yang ada di atas meja, dan mengambil majalah otomotif yang ada di tempat majalah di samping sofa. Asik Eunhyuk menikmati jus dan membolak-balik majalahnya, ponselnya berdering. Tertera sebuah nama ’Onew’ di layar ponsel. Segera saja ditekannya tombol ’yes’ .

”Yoboseyo?” Sapanya ramah, diletakkannya gelas jus di atas meja.

” Eunhyuk-ah! Annyeonghaseo!! Gimana kabar lo?” Tanya suara diseberang ceria. Onew teman baik Eunhyuk selama di Pulau Jeju. Tapi sekarang mereka harus berpisah karena Eunhyuk harus pindah ke Seoul karena mengikuti Appa yang pindah tugas.

” Annyeonghaseo! Baik. Lo sendiri gimana?” Tanya Eunhyuk balik. Tentu dengan nada tak kalah ceria.

”Gue baik sih, tapi anak-anak pada kehilangan lo nih!”

”Anak-anak? Jadi lo gak merasa kehilangan gue?”

”Ngapain gue harus ngerasa kehilangan lo? Gue normal Bro! Lo mo’ ke ujung dunia juga, gak ngaruh! Paling gue nangis, hehe...”

”Bisa aja lo! Eh, besok gue udah mulai sekolah nih! Padahal baru sampe tadi siang. Malah malam ini gue diundang ke acara sekolah sepupu gue, lagi.”

”Yah... gak papalah! Itung-itung lo adaptasi. Cepat ketemu banyak orang supaya lo cepat akrab sama mereka,”

”Iya juga sih. Lo gak ngumpul? Kok sempet aja lo nelpon?” Eunhyuk beranjak dari sofa, dan mengambil tas belanjaannya di tangan kanan, dan membawa gelas jus yang kosong di tangan kiri. Dijepitnya ponselnya diantara bahu.

”Ini kita juga lagi ngumpul. Tapi dasar sial, ujan. Jadi gue milih balik. Ok deh! Have fun aja, see you...” Onew memutuskan pembicaraan bahkan sebelum Eunhyuk sempat duduk di tempat tidurnya.

Ditatapnya layar ponsel yang sudah kembali menampilkan wallpaper One Peace kebanggaanya. Heran, ya? Kok cowok senecis dia bisa suka sama tokoh kartun kayak gitu. Ya abisnya keren, sih. Di kamarnya, terpampang besar poster One Peace. Pokoknya, hampir semua pernik yang ada di kamarnya berkaitan dengan tokoh itu. Sebelum terjebak di kamar pas tadi sore, siang setelah Eunhyuk memasuki kamarnya, cowok itu bergegas menata kamar. Untungnya kamar itu memang sudah bersih, gorden sudah terpasang, seprai, meja, kursi, lampu meja, sampe-sampe lampu taman juga ada! Eunhyuk mengenyakkan tubuhnya di tempat tidur, dan entah sejak kapan, suasana kamar menjadi gelap dan sepi.

***
Sepulang dari Itaewon Yuna jadi semakin ceria. Dibenaknya sudah terbayang acara prom night yang meriah. Musik, dansa, dan makanannya tentu saja. Karena itu Mama jadi sedikit curiga. Siapa tahu saja anaknya lagi kesemsem gitu sama salah satu pengunjung yang ada di Matos tadi.

Yuna membawa tas belanjaannya ke kamar, meninggalkan Omma yang tengah sibuk menata belanjaannya di dapur. Omma membeli banyak bahan makanan, dan segera memasukkannya ke dalam kulkas.

”...Tell me how did we get... kkumgateun gieokdeul…” Belum selesai Yuna menyanyikan lagu kesukaannya dengan suara yang entah cempreng, sumbang, fales itu, Omma sudah berteriak panik di bawah sana.

”YAH!! Yuna...” Teriak Omma kencang. Yuna yang baru setengah jalan menuju kamarnya, langsung berbalik turun menghampiri Ommanya.

”Wae?” Tanyanya sumringah. Beda dengan Yuna, Omma malah meringis melihat anaknya menanyakan hal yang sudah jelas membuat Ommanya berteriak.

”Kepala Omma langsung sakit waktu denger kamu nyanyi!” Tapi bukannya tersinggung, marah atau ngambek, Yuna malah nyengir kuda, kemudian bergegas lari ke kamar. Omma sampai geleng kepala melihat putrinya yang rada gak beres itu.

***

”YUNA!!” Mendengar teriakan senyaring itu, tentu aja Yuna terkejut, dan tanpa perlu diingatkan lagi, dia tahu siapa pemilik suara cempreng nan mencicit itu, Chika. Bener aja, di ambang pintu kamar Yuna, Chika sudah berdiri sambil menutup mulutnya yang terbuka karena kaget.

Kamar Yuna bernuansa biru dan putih. Mulai dari karpet, horden dan cat dinding, berwarna putih bersih. Sedang pelapon dan seprai serta sarung bantal, taplak meja belajar, berwarna biru langit.

”OMONA!!... CANTIK BANGET!!!” Teriak Chika lagi, tapi kali ini sambil mendekat ke Yuna dan menyentuh pelan gaunnya.

”Chik-yah! Gue disini doang kok, gak di Jepang! Jangan teriak gitu deh. Eh, tapi beneran nih gue cantik?” Yuna memutar tubuhnya sambil berpose ala model terkenal. Chika meringis.

”Gaunnya doang kok Yun,” selepas bicara begitu, Chika langsung ngambil langkah seribu meninggalkan sahabatnya yang bengong tak berdaya. Tapi gak lama, Chika kembali, mengintip dan mengedipkan sebelah matanya genit.

”Bercanda. Lo cantik kok,” Dan tanpa menunggu lagi, Yuna langsung menyambar ponselnya dan mengejar sahabatnya.

”Ternyata lo cocok juga pake gaun,” Chika membuka pembicaraan setelah sepuluh menit menghabiskan waktu berdiam diri. Yuna memandang sahabatnya dari ujung kaki sampai unjung kepala. Chika juga cantik. Jauh lebih cantik malah. Gaun biru muda bermotif loreng membalut tubuhnya yang indah. Bagian atasnya bermodel kemben, dan bagian roknya memanjang membalut kaki jenjangnya. Rambutnya yang lurus diberi sentuhan keriting di beberapa bagian dan dibiarkan terurai.

Yuna sendiri selain mengenakan gaun barunya, cewek itu juga nyempetin diri buat pergi ke salon. Menaikkan rambutnya dan membiarkan bagian depan rambutnya dikeriting pirang menjuntai indah. Ini prom night pertama bagi Yuna. Tahun lalu cewek kelahiran Seoul, 17 Juni 1989 itu terkena flu berat, selain itu dia memang tidak tertarik untuk pergi.

”Bengong! Gue cantik, ya? Hehe...” Guroan Chika menyadarkan Yuna, yang kemudian tersenyum.

”Iya, lo cantik banget,” Puji Yuna tulus. Chika menatapnya dan balas tersenyum.

”Lo juga cantik banget kok, Yun,” Yuna mengangkat sebelah alisnya dan menjawab asal.

”Ya iyalah! Lo aja yang baru tau,” kemudian membuang muka, tertawa. Chika mencibir, lalu ikut tertawa.

Lima menit kemudian, mobil Chika memasuki halaman sekolah, dan memarkir mobilnya di area parkir. Sekolah terlihat ramai. Acara prom night yang diadakan di aula gedung olah raga sekolah membuat suasana sekolah jadi berbeda. Biasanya sekolah terlihat seram pada malam hari, tapi malam ini, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda menyeramkan dari sekolah itu.

Kedua gadis itu memasuki aula beriringan bersama teman-teman yang lain. Benar-benar acara prom night. Panggung gemerlap, musik yang menggelegar, dan tentu saja dengan dekorasi yang manis. Di bagian dinding panggung tertera huruf-huruf warna warni nan cantik membentuk kalimat ”ACARA PELEPASAN SISWA-SISWI KELAS XII TAHUN AJARAN 2006/2007” yang penuh dengan hiasan mewah.

Yuna dan Chika tengah mengisi buku tamu ketika sebuah suara menyapa mereka.
 
”Yah! Yuna, Chika! Wah... cantik-cantik lo,” Taeyeon, salah satu murid yang berpengaruh di sekolah mereka, mendekat dan menyerobot langsung dibelakang Chika. Orang yang diserobot kontan mencibir, tapi Taeyeon gak perduli. Cantik, pintar, baik, tajir tentu saja, dan gak sombong, meski semua orang di sekolah tahu Appanya bisa saja membeli sekolah mereka dengan sekali bayar.

”Gamsahamnida! lo juga. Manis banget,” Yuna menjawab tersenyum sambil menerima cindera mata berupa kipas cantik. Yuna dan Chika gak langsung pergi karena menunggu Taeyeon mengisi buku tamu.

”Iya. Lo kan salah satu cewek most wantet disini, jadi gak heran kalo lo tampil memukau,” Puji Chika sambil terus menatap kalung yang menggantung di leher Taeyeon. Mata kalung yang berbentuk huruf ’TE’ itu berkilau indah. Sepertinya berlian. Mereka berjalan beriringan mencari tempat duduk strategis. Acara masih belum dimulai, karena itu banyak kursi nganggur.

”Bisa aja lo,” Taeyeon menepuk bahu Chika pelan. ”Kan lo salah satunya juga?” Balas Taeyeon tersenyum. Ketiga gadis itu duduk di deretan kedua paling tengah. Gak mau terlalu nampang, tapi harus bisa melihat jelas panggung.

”Kalung lo bagus. Beli dimana?” Tanya Yuna yang seperti bisa membaca pikiran Chika, karena sejak bertemu, mata Chika menatap kalung itu takjub.

”Oh, ini,” Taeyeon meraba kalungnya dan menatapnya sekejap. ”Dari sepupu gue. Belinya di Pulau Jeju”

”Lho, gak dari cowok lo?” Tanya Yuna menggoda.

”Mana bisalah dia beliin kalung mahal gini,” Jawabnya tersipu. Cowok Taeyeon memang gak sebanding. Tingkat ekonomi Leeteuk pas-passan, tapi Taeyeon sama sekali gak minder atau banyak menuntut, karena pasalnya, cowoknya itu juga keren banget. Wakil ketua OSIS lagi. Taeyeon merasa beruntung bisa pacaran sama dia, karena anaknya mandiri dan bijaksana. Caila, boleh juga selera si Taeyeon.

Tiba-tiba, suasana yang tadinya ramai, sedikit sepi karena musik Y by MBLAQ telah dimatikan. Semua kursi telah terisi, dan kepala sekolah sudah berdiri di panggung, siap memberi wejengan yang tentu saja hampir sama dari tahun ke tahun. Banyak anak yang asik cekakakan sendiri, mengobrol sendiri, asik dengan acara sendiri sama anggota arisannya. Sama seperti Yuna, Chika dan Taeyeon.

”Eh, sepupu gue bakal tampil lho! Gantiin Jonghyun yang pindah minggu lalu. Besok juga dia bakal masuk sekolah kita,” Taeyeon menatap kedua temannya bergantian (kalo ditatap bersamaan, bisa juling mata indah Taeyeon), menunggu reaksi.

”Chinca?! Pasti keren, kan? Satu band dong sama Kyuhyun,” Chika yang duluan memberi tanggapan. Kyuhyun juga salah satu personil band sekolah. Cowok macho itu pegang bass. Itu salah satu pemacu kenapa Chika akhirnya luluh juga sama si mata keranjang cap kaleng.

”Jelas keren la. Siapa dulu sepupunya?” Taeyeon membusungkan dada dan menepuk pelan. Yuna menatapnya geli.

”Waw! jadi orang itu sepupuan sama dada lo, ya? Hii...” Yuna bergidik membayangkan omongannya sendiri. Chika tertawa pelan, sedang Taeyeon langsung memajukan mulutnya 5 senti.

15 menit kepala sekolah bicara tanpa ada seorangpun yang memperdulikan. Bahkan anggota OSIS yang berada di samping pintu masuk, hanya melotot sambil sesekali mengganggukkan kepala. Gak tahu ngerti apa gak, yang jelas, citra OSIS harus tetap terjaga. Setelah kepala sekolah selesai, ganti MC yang koar-koar gak jelas. Kedua temannya sudah lelah untuk bicara, sedang Yuna sudah sibuk dengan ponselnya. SMS-san ria entah dengan siapa.

”Ok, kita tampilakan aja langsung Band kebanggan sekolah kita, ’Season’!!” Semua bertepuk tangan riuh. Ada yang bersuit-suit, teriak-teriak kayak penjual koran di terminal, bahkan ada juga yang tepuk kaki! Demi apa coba?

”Itu! Itu sepupu gue!” Teriak Taeyeon histeris berusaha mengalahkan suara bising disekitarnya. Tangannya menunjuk cowok yang tengah duduk di belakang tumpukan drum. Chika menggagguk seru, padahal yang dilihatnya hanya Kyuhyun seorang. Yuna menghentikan kesibukannya dan menatap panggung dengan penuh minat. Band itu membawakan ”I’m a Loner” by CNBlue.

”Yuna-yah!” Tangan Taeyeon menarik-narik Yuna yang ada di sebelah Chika. ”Lo liat? Itu sepupu gue. Katanya pengen liat,” Masih dengan suara keras, dan tangan yang menunjuk ke arah yang dimaksud. Yuna berusaha melihat orang yang ada di balik tumpukan drum itu, tapi sayang, Sungmin sang gitaris telah dengan sukses menutupi wajah cowok itu berkat kejangkungannya.

Lelah, akhirnya Yuna menyerah dan hanya ikut bergoyang ditempat seperti yang lain, karena belum waktunya dansa.

Setelah selesai dengan ’I’m a Loner’, Season turun, dan band tamu dari sekolah lain tampil. Semua siswa berdiri dan sepakat untuk memulai dansa. Anggota OSIS dengan sigap memundurkan kursi-kursi dan memberikan tempat yang lebih luas untuk mereka berdansa. Kyuhyun mendatangi Chika, dan mengajaknya berdansa dengan sangat romantis, begitu pula Leeteuk.

Yuna berdiri menjauh, kembali sibuk dengan ponselnya, sampai akhirnya seorang cowok menghampirinya.

”Would you dance with me?” Tanya cowok itu sopan. Yuna memandangnya, lumayan. Cowok itu berambut sesenti, memakai kacamata minus ber-fram keren, dan badannya tentu saja lebih tinggi dari Yuna. Sepertinya kakak kelas. Yuna mengangguk pelan dan tersenyum.

Acara dansa itu terasa menyenangkan. Yuna berkenalan dengan kakak kelasnya, Siwon. Mereka mengobrol banyak, pasti Siwon nyesal ngajak Yuna dansa, apalagi ngobrol. Soalnya anak itu kalo udah nyerocos susah berhenti.

F.T IsLand tampil sebagai penutup. Semua berhenti berdansa dan memilih untuk melotot serta ikut teriak-teriak sesuai bait. Begitu pula dengan Yuna dan kedua temannya.


Cont. Part 4

No comments:

Post a Comment