Sore ini Yuna pergi belanja sama Eomma. Eomma minta dianterin ke Itaewon (pusat perbelanjaan di Seuol), belanja keperluan katanya. Kesempatan ini gak bisa dilewati Yuna begitu saja. Kesempatan buat shopping, neh…
“Eomma, cepetan dong. Mobilnya udah Yuna siapin!” Teriak Yuna gak sabar. Bukan waktunya sabar. Harus cepat-cepat, takut kemalaman. Kan mau pergi ke prom night?
“Iya, sayang. Ini Eomma datang,” Eomma keluar dengan dandanan yang bikin anak muda iri. Soalnya Eomma emang masih muda, sih. Beliau nikah waktu umur 20 tahun. Anaknya juga cuma dua.
Rambutnya yang panjang di bawah bahu, diikat kuda. Poninya dibiarkan kesamping. Eomma memakai long dress dan rok katun cokelat dibawah lutut. Sedang Yuna? Yuna cuma make kaus putih dilapisi jaket hitam, celananya ¾. Sepatu kets hitam putih kesayangannya masih betah nempel di kakinya. Topi dan earphone gak ketinggalan. Di mobil, Yuna sibuk bergoyang mengikuti irama lagunya Telephone by Lady Gaga dari earphone-nya.
“Eomma, Oppa kapan kembali?” Tanya Yuna akhirnya. Tangannya masih asik dengan kemudi. Sekali-sekali diliriknya spion di luar, melihat kalau-kalau ada kendaraan yang mau menyelipnya.
Yuna punya kakak laki-laki, namanya Eeteuk. Berkat kecerdasannya, sudah dua tahun Eeteuk berada di London. Melanjutkan S2-nya di University of London, dalam bidang arsitek. Eeteuk mendapatkan beasiswa itu setelah bersusah payah merayu orangtua serta Yuna untuk bisa kuliah di sana. Katanya mau kembali ke Seuol buat liburan. Jelas Yuna girang banget.
“Kalo gak salah, Minggu ini.” Jawab Eomma antusias. Eomma juga kangen berat sama anak laki-lakinya satu itu.
Yuna mengangguk-angguk seru, Eomma sempat aja senyum liat kelakuan anaknya. Di lampu merah, Yuna mengerem mobilnya.
“Kamu sudah dapet pacar?” Tanya Eomma tiba-tiba. Yuna yang cuma masang earphone di telinga kanan, langsung menyabut earphone-nya, dan menghadap Eomma bengong.
“Moe?” Tanya Yuna bengong, kembali memiringkan kepalanya. Kali ini 180º!!
Bukannya menjawab, Eomma malah memasang senyum jahil. Ini anak sama Eomma sama saja.
“Eomma! Wae? Kok senyum-senyum? Eomma tadi bilang apa?” Tanya Yuna lagi.
Ternyata budek, bukan kaget. Belum sempat Eomma menjawab, tiba-tiba jendela mobil Yuna di ketuk. Yuna dan Eomma langsung mengalihkan perhatian ke jendela. Yuna menurunkan kaca jendelanya separo.
“WAA!!” Teriak Yuna kaget. Eomma apalagi, sampai mengurut dada.
Gimana gak kaget? Di luar, berdiri seorang yang entah laki atau perempuan (karena ada brewoknya), memakai gaun tali satu merah menyala (nyolong jemuran orang tu!). Alhasil, kulitnya bo… belang! Tangannya! Ada ototnya. Rambutnya digelung keatas, bulu matanya panjang banget! Nggak lupa dikedip-kedippin. Bedaknya itu lho! Tebalnya minta ampun! Kayak mo lenongan aja. Di tangannya menggenggam kerincingan. (Tunggu! Ini Seuol apa Jakarta?? Hhaha,, just enjoy the story^^).
“Kok, teriak? Kaget ya nek, liat ikke?” Tanyanya pede, gak lupa suara sengau ala banci kaleng. Yuna dan Eomma bengong seribu bahasa. Bingung mo ngomong apa?
“Nek!! Ikke nyanyi, ya?” Setelah berkata begitu, banci itu langsung melancarkan aksinya.
“Akyu tak mau jikalau akyu di madu. Aha, aha. Pulangkan saja akyu ke orangtuakyu…” Sambil menggoyang pinggul ala artis Indonesia Inul Daratista, tangan menggoyang-goyang kerincingan, jadilah pertunjukkan paling heboh yang pernah mahkluk berdua di mobil itu lihat.
“Nek!” Tegurnya kesal. Karena yang di beri lagu cuma bisa mangap. Mungkin bentar lagi ngiler.
“Ah, ne!” Akhirnya Yuna sadar, setelah berkali-kali mengedip.
“Aiiisss...Ongkosnya, dong!” Katanya genit. Tangannya sibuk kipas-kipas.
“Hah??” Ih! Yuna masih gak ngerti juga. Cuma ‘hah’ aja yang keluar. Kayaknya masih belum sadar, deh. Eomma aja masih diam mematung.
“Kan ikke udah nyanyi? Ongkosnya?” Kali ini si mba, eh! om, eh! Tante! ah! Gak tau, deh!! Pokoknya, sekarang dia memasukkan kepalanya ke dalam mobil lewat celah kaca jendela! Kontan Yuna langsung mundur, dan alhasil, kepalanya membentur bibir Eomma. Nyonyor, deh?
“Aduh!” Eomma sadar. Kemudian kalang kabut mencari uang kecil dalam tas tangannya.
“Nih, nih!” Katanya panik. Dikasihnya selembar uang sepuluh (won).
“Gomawu ya, bo?” Katanya sambil menciumi uang. Ih! Emang uang harum, ya? 100 ribuan mending, lah ini? Cuma sepuluh won doang.
Yuna cuma bisa nyengir. Cepat-cepat ditutupnya jendela dan menyalakan mesin mobil, karena lampu udah hijau, dan mobil-mobil dibelakang mulai ribut mengklakson.
“Kaget, Eomma,” Kata Eomma mengelus dada. Yuna menatap Eomma kasihan. Dilihatnya bibir Eomma yang rasanya kok lebih maju ketimbang tadi. Jangan-jangan karena terbentur kepala Yuna?
“Iya! Yuna kira topeng monyet,” Yuna ikut ngedumel. Eomma menatap Yuna sebagaimana Eomma yang ingin menasehati anaknya.
“Huss!” Kata Eomma, menaruh telunjuk kanannya dibibir. Yuna kaget.
“Kamu gak boleh gitu. Kasian dong topeng monyetnya, disamain sama orang kayak gitu,” Yuna menatap Eomma heran, kemudian tertawa sekeras-kerasnya.
***
No comments:
Post a Comment